Santri
merupakan anak didik yang harus kita ajarkan selama dia masih masih menuntut
ilmu. Dan titipan oleh orang tuanya kepada pihak Madrasah/guru agar bisa
mendidiknya menjadi anak yang cerdas dan sholeh.
Selama mereka
masih berada dalam lingkungan Madrasah, maka tanggung jawab pendidik dalam hal
ini para Ustadz untuk siap sedia mendidik, mengarahkan, menasehati dan
memberikan contoh teladan kepada anak didik.
Ada kalanya
selama anak didik berkumpul dengan teman-temannya di ruang kelas ketika tidak
ada Ustadz yang mengajar pada waktu jam pelajaran, timbul ide kreatif yang
positif maupun yang kurang positif. Hal ini bisa dikatakan lumrah selama tidak
membahayakan nyawa sendiri maupun orang lain. Namaun bila ide kreatif yang
kurang positif ini di biarkan terus menerus tanpa ada nasehat maupun peringatan
kepada santri/pelajar maka lambat laun apa yang di kerjakan akan dianggap baik
oleh santri bersangkutan dan hal ini akan memotivasi santri yang lain untuk
ikut mencoba melakukannya. Bila ini dibiarkan terus menerus maka akan merusak masa
depan anak didik.
Kelakuan santri
yang kurang positif terjadi pada santri MTs. Addinul Qayyim hari
Senin(04/04/2012) kemarin pada waktu tidak ada ustadz yang masuk mengajar. Santri
yang baru kelas VII ini kompak melakukan pelanggaran sekolah berupa loncat dari
jendela dan berjalan di atas penampungan tempat wudhu Musholla. Ustadz yang piket ada
di tempat dengan duduk manis sambil mengobrol namun mereka kelihatannya tidak
menghiraukan aktivitas santri yang berada di sebelah barat walaupun suara
santri begitu gaduhnya. Kenapa Ustadz piket khusuk diam di tempat tanpa
menghiraukan santri yang gaduh dan melanggar peraturan? Hal ini perlu
dipertanyakan kepada Ustadz dan kepala sekolah yang bertanggung jawab.
Di balik
duduk manisnya ustadz yang piket ternyata ada juga ustadz MTs yang peduli
dengan Madrasah, ustadz tersebut bernama Ustadz Siun. Ustadz siun lah yang
sering menegur dan memberikan hukuman kepada para santri. Begitu juga dengan
kejadian pada hari senin kemarin itu, ustadz Siun mengumpulkan para santri
kelas VII di lapangan untuk diberikan nasehat dan hukuman. Ada satu bentuk hukuman
yang diberikan kepada para santri agar tersadar dan tidak mengulangi
perbuatannya yaitu menyuruh santri membaca “dua kalimah Syahadat dan Istigfar”
sambil merenungkannya.
Walaupun para
santri sudah diberikan hukuman, masih aja ada santri yang cengar-cengir, ketawa
dan ikut marah atas hukuman yang diberikan kepada mereka. Siapapun ustadz yang
melihat kelakuan santri tersebut pasti akan ikut marah, mereka tidak ada
takutnya sama sekali dan tidak menghormati Ustadz mereka. Mungkin mereka merasa
anak asli sekitar Madrasah sehingga mereka berani seperti itu. Hal seperti ini
harus menjadi evaluasi bagi kepala sekolah, ustadz/ustadzah dan wabil khusus
pihak yayasan Addiinul Qayyim agar santri bisa menjadi santri yang mempunyai akhlakul
kharimah yang bisa membanggakan orang tua dan madrasah tercinta.
Semoga kedepannya
para santri madrasah Addiinul Qayyim bisa menjadi contoh teladan di manapun
berada dan madrasah tercinta ini bisa lebih siap bersaing dengan madarasah yang
lainnya. Aamiin. (Alfuad Gapuki)
No comments:
Post a Comment