Wednesday, June 6, 2012

JANGAN BIARKAN SANTRI BERBUAT SALAH


Santri merupakan anak didik yang harus kita ajarkan selama dia masih masih menuntut ilmu. Dan titipan oleh orang tuanya kepada pihak Madrasah/guru agar bisa mendidiknya menjadi anak yang cerdas dan sholeh.


Selama mereka masih berada dalam lingkungan Madrasah, maka tanggung jawab pendidik dalam hal ini para Ustadz untuk siap sedia mendidik, mengarahkan, menasehati dan memberikan contoh teladan kepada anak didik.

Ada kalanya selama anak didik berkumpul dengan teman-temannya di ruang kelas ketika tidak ada Ustadz yang mengajar pada waktu jam pelajaran, timbul ide kreatif yang positif maupun yang kurang positif. Hal ini bisa dikatakan lumrah selama tidak membahayakan nyawa sendiri maupun orang lain. Namaun bila ide kreatif yang kurang positif ini di biarkan terus menerus tanpa ada nasehat maupun peringatan kepada santri/pelajar maka lambat laun apa yang di kerjakan akan dianggap baik oleh santri bersangkutan dan hal ini akan memotivasi santri yang lain untuk ikut mencoba melakukannya. Bila ini dibiarkan terus menerus maka akan merusak masa depan anak didik.

Kelakuan santri yang kurang positif terjadi pada santri MTs. Addinul Qayyim hari Senin(04/04/2012) kemarin pada waktu tidak ada ustadz yang masuk mengajar. Santri yang baru kelas VII ini kompak melakukan pelanggaran sekolah berupa loncat dari jendela dan berjalan di atas penampungan  tempat wudhu Musholla. Ustadz yang piket ada di tempat dengan duduk manis sambil mengobrol namun mereka kelihatannya tidak menghiraukan aktivitas santri yang berada di sebelah barat walaupun suara santri begitu gaduhnya. Kenapa Ustadz piket khusuk diam di tempat tanpa menghiraukan santri yang gaduh dan melanggar peraturan? Hal ini perlu dipertanyakan kepada Ustadz dan kepala sekolah yang bertanggung jawab.

Di balik duduk manisnya ustadz yang piket ternyata ada juga ustadz MTs yang peduli dengan Madrasah, ustadz tersebut bernama Ustadz Siun. Ustadz siun lah yang sering menegur dan memberikan hukuman kepada para santri. Begitu juga dengan kejadian pada hari senin kemarin itu, ustadz Siun mengumpulkan para santri kelas VII di lapangan untuk diberikan nasehat dan hukuman. Ada satu bentuk hukuman yang diberikan kepada para santri agar tersadar dan tidak mengulangi perbuatannya yaitu menyuruh santri membaca “dua kalimah Syahadat dan Istigfar” sambil merenungkannya.

Walaupun para santri sudah diberikan hukuman, masih aja ada santri yang cengar-cengir, ketawa dan ikut marah atas hukuman yang diberikan kepada mereka. Siapapun ustadz yang melihat kelakuan santri tersebut pasti akan ikut marah, mereka tidak ada takutnya sama sekali dan tidak menghormati Ustadz mereka. Mungkin mereka merasa anak asli sekitar Madrasah sehingga mereka berani seperti itu. Hal seperti ini harus menjadi evaluasi bagi kepala sekolah, ustadz/ustadzah dan wabil khusus pihak yayasan Addiinul Qayyim agar santri bisa menjadi santri yang mempunyai akhlakul kharimah yang bisa membanggakan orang tua dan madrasah tercinta.

Semoga kedepannya para santri madrasah Addiinul Qayyim bisa menjadi contoh teladan di manapun berada dan madrasah tercinta ini bisa lebih siap bersaing dengan madarasah yang lainnya. Aamiin. (Alfuad Gapuki)



No comments:

Post a Comment