Dalam suatu
pengajian yang dihadiri oleh para orang tua di suatu kampung, TGH. Sakaki Umar
pendiri Pondok Pesantren Ad Diinul Qayyim Kapek Gunungsari membuka pengajian
dengan membahas masalah sholat. Pada saat membahas masalah sholat tersebut
kemudian dia membacakan suatu hadits yang artinya: “Siapa-siapa yang
meninggalkan sholat secara sengaja maka ia adalah kafir yang nyata.”(Al Hadits)
Untuk
menekankan hadits yang telah dibaca tersebut, TGH.Sakaki Umar menambahkan
dengan kata-kata: “siapa-siapa, siapapun orangnya adalah sama di dalah hukum”.
Salah
seorang jamaah yang hadir ketika itu bertanya:” jadi Tuan Guru, Siapa-siapa
yang meninggalkan sholat secara sengaja maka ia adalah kafir?” dijawab oleh TGH. Sakaki umar dengan jawaban
yang sama:” siapa-siapa, siapapun orangnya adalah sama di dalah hukum”.
Jamaah yang
bertanya tadi kemudian melanjutkan pembicaraannya;” dulu Lalu Gede(TG.
Abdullah) yang di Mambal itu disaat waktu sholat Jum’at tiba, dia tidak melakukan
sholat malah dia membuat mainan anak-anak seperti Layang-layang, kincir dan
lain-lain”.
TGH. Sakaki
Umar menjawab:” siapapun jua, jangankan Cuma Lalu Gede itu, siapapun sama!.”
Pada malam
harinya disaat sedang berdzikir khusuk di rumahnya dan sudah memasuki alam Sirri (pikiran tertuju hanya kepada
Alloh SWT semata dan melupakan alam dunia yang fana ini), TGH. Sakaki Umar di
datangi oleh seseorang yang belum pernah di kenal selama ini. Kemudian terjadilah
dialog:
TGH. Sakaki
Umar :”Siapa anda?”
Lalu Gede :”saya adalah orang yang anda anggap kafir itu,
yang perlu anda ketahui bahwa saya tidak
cocok sujud(sholat) di Lombok ini”.
Kemudian Lalu
Gede balik bertanya :” apa yang anda ajarkan?”.
TGH. Sakaki
Umar :”Kitab Riyadus Sholihin”
Lalu Gede :”buka
kitab anda, sekarang saya ajarkan!”
Pada saat
itu juga TGH. Sakaki Umar di ajarkan kitab Riyadus Sholihin oleh Lalu Gede
sampai
Khotam.
Setelah khotam kitab Riyadus Sholihin kemudian dilanjutkan dengan belajar Imlak
(belajar
menulis bahasa Arab secara benar atau menulis kaligrafi Arab indah) pada malam
itu
juga.
Mulai malam
itu sampai 7 malam selanjutnya, kamar yang dipakai pertemuan tersebut masih
mengeluarkan aroma yang sangat wangi yang berbeda dari aroma wewangian yang di perjual
belikan di toko-toko ataupun di swalayan.
Sejak
kejadian alam ghaib yang di alami oleh TGH. Sakaki Umar tersebut, itulah awal
mula terjalin hubungan silaturrahmi ghaib yang sangat intens antara kedua tokoh
tersebut. Sehingga ketika TGH. Sakaki Umar akan berangkat menunaikan ibadah
haji kembali ke Makkah, beliau pergi berziarah kemakam Lalu Gede (TG.
Abdullah). Beliau merasa sangat segan/pakewuh bila tidak berkunjung menziarahi
makam Lalu Gede tersebut. Hal ini beliau lakukan hingga akhir hayat TGH. Sakaki
Umar.
Kisah ini dituturkan oleh TGH. Abdul Wahid,
M.Si (santri yang sering mendampingi TGH. Sakaki Umar kemanapun pergi termasuk
yang mengantarkan TGH. Sakaki Umar berziarah ke makam Lalu Gede di Makam Batu
Riti Mambalan Gunungsari). (Alfuad Gapuki)
*ketika
peristiwa tersebut berlangsung, Lalu Gede(TG. Abdullah) sudah wafat semasa
penjajahan Belanda dan TGH. Sakaki Umar belum tahu siapa itu Lalu Gede.
Tambahan inforimasi
tentang Lalu Gede
Datu lopan
(TGH. Lalu Muhammad Shaleh) selama masih hidup seringkali datang berkunjung ke
Mambalan menemui Tuan Guru Abdullah(Lalu Gede). Kedua Waliyulloh ini masih ada
hubungan keluarga.
Datu lopan
dan Lalu Gede di dalam buku manakib 15 ulama sufi Indonesia masing-masing lebih
dikenal dengan nama Al habib Muh. Shaleh Lopan Lombok dan Al Habib Abdullah Lombok. Selain kedua ulama
tersebut, tercatat pula tiga ulama lainnya yang berasal dari lombok
masing-masing TGH. Badrul Islam (putra Tuang Guru Umar Kelayu), TGH. Ali Batu
Sakra dan syekh An Nahwawi Ampenan.
dikutip
dari buku: Tuan Guru Lopan: Waliyullah
dengan Kiprah dan Karomahnya oleh Drs.H.Lalu Muhammada Azhar, SH.,M.Si,
Cakra Darma Aksara, Mataram,edisi 2010
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete