Bagaimana perasaan saudara jika hari lahirnya orang tua,
yang kita segani atau yang kita
sayangi kita peringati dengan
mabuk-mabukan dan melupakan amanah yang telah disampaikan kepada kita? Sebagai
orang yang waras dan berprikemanusiaan tentu kita tidak akan melakukan hal yang
seperti itu.
Tapi hal tersebut justru terjadi disekitar kita, hal ini
dilakukan oleh sebagian warga yang ada di kelurahan Dasan Agung Mataram. Bila
tiba bulan Rabi’ul awal atau bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang sering kita
sebut dengan Maulid Nabi, warga masyarakat khususnya yang muda sebagian besar
akan menyambutnya dengan suka cita dan berlebihan sambil mabuk-mabukan di
sepanjang jalan dan ini sudah dijadikan tradisi yang menyesatkan setiap
tahunnya.
Bagi orang yang ada di luar Kelurahan Dasan Agung pasti
akan geleng-geleng kepala melihat tingkah laku para pemuda/pemudi yang
mabuk-mabukan dan berdisko bak orang yang dugem di café-café. Apakah ini
dibiarkan oleh para tokoh agama dan masyarakat? Dibilang tidak tapi ia dan
dibilang ia tapi tidak, itu yang bisa disimpulkan sementara.
Lemah dan tidak berwibawanya para tokoh agama dan tidak sinkronnya(bersamaan)
pendapat antara tokoh agama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dengan
tokoh agama itu sendiri membuat para pemuda/pemudi semakin leluasa dan berani
mengadakan mabuk-mabukan dalam memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.
Hal ini tidak terjadi pada perayaan maulid ini saja tapi sudah terjadi sejak tahun
70-an. Awal mulanya setiap perayaan maulid untuk membuat anak-anak kecil yang
akan disunat bahagia maka anak-anak kecil tersebut di arak keliling kampung
dengan di iringi peraja yang
berbentuk masjid, lumbung, buroq dan lain-lain yang bernafaskan islam dan di
iringi dengan salawatan, musik islami dan kesenian islami. tapi lama kelamaan
dengan memanfaatkan banyaknya tokoh
agama yang istiqomah terhadapa Islam wafat dan masih diberikannya umur panjang
para tokoh masyarakat yang gemar terhadap kesenian praja ini plus antar tokoh
agama yang masih hidup sering tidak kompak maka lambat laun dari hasil
coba-coba ini banyak mendapat dukungan khususnya dari kaum muda.
Di kelurahan Dasan Agung Mataram yang masih setia dan
awal mula adanya praja yang disertai mabuk-mabukan adalah di Lingkungan Gapuk.
Lingkungan Gapuk ini bisa dibilang lingkungan yang nyentrik karena dalam
menyikapi perayaan Maulid Nabi ini ada sebagian masyarakatnya senang
mabuk-mabukan baik secara aktif maupun
pasit. Dan Masyarkat yang menolak
mabuk-mabukan tersebut juga banyak dan biasanya masyarakat yang menolak
itu yang sudah tertanam dengan mantap nilai agama sejak kecil. Pesantren atau
tempat mengaji anak-anak kecil juga banyak tersebar di lingkungan Gapuk ini
bila dibandingkan dengan yang ada di lingkungan sekitar dan banyak anak-anak
kecil di luar lingkungan Gapuk yang mengaji
di pesantren yang ada di lingkungan Gapuk ini.
Setelah Lingkungan Gapuk kemudian di ikuti oleh
Lingkungan Arong-arong Timur (Presak timuk), Lingkungan Arong-arong Timur
(Presak timuk) ini bisa dibilang lebih
kreatif lagi, bila di Lingkungan Gapuk praja yang dipakai monoton dengan
kuda-kudaan tapi di Lingkungan Arong-arong Timur (Presak timuk) ini para pemudanya membuat sendiri praja
yang akan dipakai, bisa berbentuk mobil-mobilan, motor-motoran dan lain-lain.
Tapi kalau masalah mabuk-mabukan sebagian pemuda-pemudinya mengikuti yang di
Lingkungan Gapuk.
Lingkungan Otak Desa ini pernah sebagian para pemudanya
mengadakan praja kuda-kudaan dengan disertai mabuk-mabukan namun karena ada
perkelahian antaran pemuda Lingkungan Otak Desa dengan Pemuda Lingkungan Gapuk
maka para tokoh agama dan tokoh masyarakat Lingkungan Otak Desa bersepakat
untuk meniadakan lagi adanya praja kuda-kudaan tersebut karena kuatir akan menimbulkan
perkelahian lagi. Hingga sekarang praja Lingkungan Otak Desa tidak ada lagi.
Semoga selamanya di tiadakan lagi biar berkurang orang yang mabuk-mabukan pada
perayaan Maulid Nabi Muhammad di
Kelurahan Dasan Agung tercinta.
Di samping para pemuda/pemudi mabuk-mabukkan saat
mengiringi praja, yang tidak kalah ekstrim lagi sebagian pemuda/pemudi justru
mabuk-mabukan ketika di adakan band. Pada saat acara band itulah banyak nongol
pemuda/pemudi dari lingkungan lain yang justru mabuk-mabukan di lokasi band
tersebut. Lingkungan yang mengadakan acara band ini adalah Lingkungan
Arong-arong barat, Lingkungan Prigi, Lingkungan Pejeruk dan Lingkungan Gapuk.
Lho…koq Lingkungan Gapuk ngadakan band juga? Apa tidak
puas hanya dengan praja saja?? Itulah keanehan sebagian pemuda/pemudi
Lingkungan Gapuk ini. Dengan ungkapan yang paling sering di dengungkan bila
datangnya Maulid Nabi yaitu “sekali setahu….n(sambil moncongkan mulut ke
depan)” mereka belum puas sama sekali, mungkin puncak dari kepuasana yang akan
mereka dapat bila setelah merayakan itu kematian mendatanginya. Na’uzubillah
himin dzolik.
Akankah perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang di iringi dengan mabuk-mabukan di
Kelurahan Dasan Agung Mataram bisa hilang? Insya Alloh bisa kalau yang hobby mabuk-mabukan
sudah dipanggil oleh Alloh SWT dan bisa menyadari diri kalau mabuk-mabukan yang
mereka lakukan selama ini sungguh sangat melecehkan Alloh SWT dan Nabi Muhammad
SAW.
Semoga kita diberikan kekuatan dan istiqomah dalam
menjalankan perintah agama hingga akhir hayat dan yang masih senang
mabuk-mabukan dibukakan hatinya agar
tersadar dan bertaubat tidak mengulanginya lagi. Aamiin. (Alfuad Gapuki)
No comments:
Post a Comment