Membandingkan
cara masyarakat dalam menyambut tahun baru Islam dengan tahun baru Masehi jelas
sangat berbeda 180 derajat. Dalam
menyambut tahun baru Masehi, akan tampak kesan hura-hura, pesta dan mabuk-mabukan
akan sangat terasa sekali ketika malam mulai datang menunggu pergantian tahun
yang tepatnya mulai jam 01.00 yang jatuh pada tanggal 1 Januari. Segala macam
acara di adakan, mulai dari pesta kembang api, pawai kendaraan motor sambil
membunyikan trompet, makan-makan bakar ikan dengan keluarga atau sahabat dan
pesta seks muda-mudi di pinggir pantai menunggu pergantian tahun tersebut.
Berbeda
dengan penyambutan tahun baru Islam yang terkesan sangat sederhana dan jauh
dari hura-hura. Nuansa religius akan
mewarnai kegiatan penyambutan tahun baru Islam, hal ini di mulai dari
berkumpulnya masyarakat di Masjid sebelum waktu Maghrib untuk surat Yasiin
sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan membaca Do’a akhir tahun. Setelah
selesai membaca do’a akhir tahun kemudian dilanjutkan dengan sholat Maghrib.
Selesai sholat Maghrib dilanjutkan kembali dengan membaca do’a awal tahun.
Barulah setelah itu dilanjutkan dengan acara pengajian yang disampaikan oleh
para Tuan Guru atau Ustadz sampai waktu sholat Isya’ datang.
Dari kedua
gambaran penyambutan tahun baru tersebut
sungguh sangat berbeda sekali bagaikan bumi dengan langit. Dalam Islam di
anjurkan untuk sederhana dan dilarang keras untuk hura-hura apalagi sampai
banyak menimbulkan dosa. Segala aktifitas hidup ini tertuju untuk bagaimana
mendapatkan pahala dari apa yang kita lakukan. Sekecil apapun walaupun sebesar
atom apa yang kita lakukan bila itu bertujuan baik dan menyebut nama Alloh
sebelum memulainya maka akan di perhitung oleh Alloh SWT dan akan dibalas
dengan pahala yang berlimpah.
Dengan
penghargaan dari Alloh SWT berupa pahala bagi setiap orang yang berbuat baik
walaupun itu sangat kecil, seharusnya akan membuat kita selalu bersyukur dan
tersenyum manis dalam menjalani kehidupan ini. Hilangkan sifat galau yang
datang pada diri sendiri dengan selalu berbuat baik, rajin ibadah, membaca Al
Qur’an dan menolong antar sesama. Bila semua itu dilakukan niscaya status galau
yang menghiasi di Facebook akan pudar dan hilang sendiri. (Alfuad Gapuki)
No comments:
Post a Comment