Monday, December 19, 2011

Sosok Said Aqil Menurut Buku ''Membuka Kedok Tokoh-Tokoh Liberal dalam Tubuh NU'' (1)



Said Aqil Siradj, Seorang tokoh NU yang merangkap Jabatan sebagai Penasehat Pemuda Kristen Indonesia, mengatakan: “Tauhid Islam dan Kristen sama saja.” Kehadiran sekte Kristen yang menamakan dirinya “Kanisah Ortodoks Syiria” di bawah pimpinan Bambang Noorsena sempat menarik perhatian besar berbagai kalangan, karena berbeda dengan gaya Kristen lainnya. Kristen ortodoks Syiria tampill mirip dengan gaya umat Islam. Yakni dengan khas idiom-idiom ke-Islaman dan ke-Araban. Mereka mengucapkan salam dengan ucapan “Assalamu’alaikum”, laki-lakinya berpeci dan bergamis  dan wanitanya juga berjilbab. Al-kitab yang dibaca mereka juga berbahasa Arab dan cara melantunkannya pun seperti Qiroatul Quran, yang istilah mereka disebut Tilawatul Injil. Sambutan positif serta dukungan atas munculnya Kristen ortodoks Syiria yang kebablasan itu justru datang dari seorang tokoh NU yang nyambi kerja sebagai Penasehat Angkatan Muda Kristen Republik Indonesia.


Sikap tokoh NU asal Palimanan, Cirebon, Jawa Barat yang kontroversial itu mengingatkan kepada apa yang pernah dilakukan pendahulunya, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Noer Kholis Madjid. Tudingan miring itu bermula dari sejumlah sikapnya yang dinilai nyleneh. Misalnya, ia menjalin pershahabatan yang begitu erat dengan tokoh-tokoh non-muslim. Seperti Romo Mangun Wijaya, Romo Mudji Sutrisno, dan Romo Sandyawan Sumardi. Bahkan dengan lancangnya dia berani mengkafirkan Imam Ghozali dalam disertasinya meraih gelar doktor di Universitas Ummul Quro’ Makkah. Sehingga dia dikafirkan oleh 14 kyai atas tindakannya tersebut. Dalam buku “Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam” karangan Bambang Noersena, Said memberikan kata penutup yang membahayakan dan menyesatkan, “Dari ketiga macam Tauhid di atas (Tauhid al-Rububiyyah, Tauhid al-Uluhiyyah, Tauhid al-Asma' Wa ash-Shifat), maka Tauhid Kanisah Ortodoks Syiria tidak memiliki perbedaan yang berarti dengan Islam. Secara al-Rububiyyah, Kristen Ortodoks Syiria jelas mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan sekalian alam yang wajib disembah. Secara al-Uluhiyyah, mereka juga mengikrarkan “La Ilaha Illallah” sebagai ungkapan ketauhidannya. “Sementara dari Tauhid Al-Asma' Wal-Shifat, secara substansial tidak jauh berbeda. Jika dalam Islam Sunni, kalam Tuhan yang Qodim itu turun kepada manusia melalui Muhammad, dalam bentuk al-Quran, maka Kristen Ortodoks Syiria berpandangan bahwa Kalam Tuhan turun menjelma (Tajassud) dengan Ruhul Qudus dan perawan Maryam menjadi manusia. Perbedaan ini tentu saja sangat wajar dalam dunia teologi, termasuk dalam teoloqi Islam. Walhasil, keyakinan Kristen ortodoks Syiria  dengan Islam Sunni, walaupun berbeda dalam peribadatan (Syari’at), pada hakekatnya memiliki persamaan yang sangat substansial dalam bidang Tauhid,” ungkapnya. (Budi Handrianto, 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia).
Pernyataan Said Aqil tadi sungguh sangat keterlaluan dan sangat jelas menyimpang dari Aqidah Islam. Dengan menyamakan Tauhid Islam dengan Kristen. Dengan demikian, berarti teologi Said Aqil sama sesatnya dengan teologi Kristen yang diusung oleh para pendeta dan teolog kristiani. Jika dia masih merasa sebagai umat Islam, maka seharusnya dia bertobat kepada Allah SWT. dan mencabut semua omongannya, karena omongan-omongan tersebut dengan sendirinya telah menggugurkan keislamannya.

Begitu juga sangat disayangkan otak pemikiran Said Aqil yang sudah terkontaminasi oleh pemikiran Gus Dur dan menjalankan kontrak Zionis Internasional, sehingga dengan lancangnya berani mengkritik para Shahabat Nabi, lebih ironis keberadaan KH. Ilyas Ru'yat dan KH. Sahal Mahfudz sebagai Rois Syuriyah diam seribu bahasa seakan mendukung pemikiran Said yang kacau dan ngawur itu. Bahkan oleh PBNU Said dan KH. Drs. Noer Iskandar MA. yang juga punya pemikiran sama dengan Said Aqil diserahi menyusun pedoman Ahlussunnah Wa al-Jamaah, yang keduanya mempunyai haluan Mu'tazilah-Syi'ah.

Keterlibatan Said Aqil dan Gus Dur dalam Syi'ah bisa dilihat dari pernyataan dan seringnya bola-balik ke Iran. Kagum kepada Khomeini, dengan menyebutnya sebagai Waliyullah, Islam tidaklah jauh berbeda dengan Syi'ah, NU dan Syi'ah mempunyai kultur sama, Tahlilan, Dziba'an, cinta Ahlil Bait dll.

Said Aqil dalam makalahnya yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional PMII di Jakarta, 8 Agustus 1995, dan di Kantor PBNU pada tanggal 19 Oktober 1996, yang banyak kami temukan dalam makalah tersebut banyak kejanggalan dan kesalahan yang amat fatal, tiga diantaranya adalah:

1. Sejarah mencatat, begitu tersiar berita Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu Bakar, hampir semua penduduk Jazirah Arab menyatakan keluar dari Islam. Seluruh suku-suku di tanah Arab membelot seketika itu juga. Hanya Madinah, Makkah dan Thoif yang tidak menyatakan pembelotannya. Inipun kalau dikaji secara seksama bukan karena agama, bukan didasari keimanan, tapi karena kabilah. Pikiran yang mendasari orang Makkah untuk memeluk agama Islam adalah logika, bahwa kemenangan Islam adalah kemenangan Muhammad, sedang Muhammad adalah orang Quraisy, penduduk asli kota Makkah. Dengan demikian kemenangan Islam adalah kemenangan suku Quraisy. Kalau begitu, tidak perlu murtad. Artinya tidak murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan Abu Bakar di Bani Saqifah, "al-A'immatu Min Quraisy", (halaman 3 alenia  V).
2. a. Di masa-masa awal pemerintahan kira-kira enam tahun pemerintahan Khalifah Utsman keadaan wajar-wajar saja. Semuanya berjalan dengan baik, kemenangan terjadi dimana-mana, katakanlah sukses. Namun dimasa-masa akhir ketika usianya mulai lanjut, Utsman mulai pikun. (halaman 6 alenia I).
b. Begitupun ketika ditanya tentang pengangkatan Gubernur dan pembantu-pembantu Khalifah yang semuanya dari kalangan famili, ia tegas bahwa itu karena adanya ayat Al-Quran, "Wa Atidzal Qurba", utamakan dahulu kerabat. Ketika itu Utsman sudah pikun dan sudah selayaknya mundur.  (Halaman 7 alenia I).
3. Sejak itu Mutawakkil mendapat gelar Nashirullah (pembela madzhab Ahlussunah Wa al-Jamaah) mulailah lahir Hadits "Sataftariqu Umaty"........dst, bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan hanya satu yang selamat. Ada lagi riwayat yang mengatakan "Kulluha Fil Jannah Illa Wahid" (semua masuk surga kecuali satu). Persoalannya, kalau kita terima versi "Kulluha Finnar Illa Wahid" timbul pertanyaan: Siapa yang satu itu? Diriwayatkan bahwa Nabi menjawab; "orang yang seperti aku dan Shahabatku" lalu siapa atau madzhab mana, partai mana yang mampu dan berhak menyatakan kami inilah seperti Rasulullah dan Shahabat-Shahabatnya. Dengan demikian Hadits ini sulit diterima keshahihannya. Yang jelas Hadits ini dilatarbelakangi oleh kondisi politik ketika Mutawwakil naik menjadi Khalifah. (Halaman 15 alenia III).

Dan komentar kami atas kejanggalan-kejanggalan dalam makalah Said Aqil yang telah kami paparkan adalah sebagai berikut:

1. Said Aqil dalam makalahnya jelas telah memvonis, bahwa penduduk Madinah, Makkah dan Thoif yang memeluk Islam dengan keimanannya, tidak lagi beragama Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Sebab kata-kata "hanya Madinah, Makkah dan Thoif yang tidak menyatakan pembelotannya, ini pun kalau dikaji secara seksama, bukan karena agama, bukan didasari keimanan tetapi karena kabilah", mengandung arti, bahwa penduduk Madinah, Makkah dan Thoif keluar dari Islam hanya saja tidak menyatakan pembelotannya, yang semata-mata karena fanatisme kesukuan. Tuduhan yang sangat keji ini juga tertuju kepada Nabi Muhammad SAW.

Penilaian Said Aqil ini jelas bertentangan dengan fakta sejarah yang terekam dalam tarikh-tarikh Islam yang mu’tabar. Dan terhadap pribadi Said Aqil berlaku sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Kitabul Adab dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabul Iman.

2. Kata "Pikun" yang dialamatkan kepada Utsman bin Affan oleh Said Aqil, merupakan penghinaan dan caci maki terhadap pribadi Shahabat Utsman, Khalifah Nabi yang ketiga serta pernah menjadi menantu Rasulullah (dua kali). Perbuatan dan ucapan yang demikian ini jelas termasuk dosa besar (kabair) berdasarkan Hadits Nabi riwayat Muslim dalam bab: "Diharamkan Mencaci-Maki Shahabat".

3. Bagaimana bisa, dan memakai apa, orang semacam Said Aqil menyatakan Hadits "Sataftariqu Umaty" sulit diterima keshahihannya, bahkan sampai mengatakan Hadits tersebut dilatar belakangi politik ketika Mutawakkil menjadi Khalifah? Padahal Hadits di atas oleh Imam Turmudzi dikatagorikan Hadits yang Hasan dan shahih? Dengan demikian Said Aqil berarti memandulkan Hadits yang dinyatakan shahih Imam Turmudzi dan lainnya.

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (تَفَرَّقَتِ اليَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً أَو اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَالنَّصَارَى مِثْل ذَلِكَ وَتَفَرَّقَ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً), رواه الترمذي.
وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إسْرَائِيْلَ حذو النَّعْل باِلنَّعْل حَتَّى أَنْ كَانَ مِنْهُمْ مِنْ أُمَّتِي أُمَّة عَلاَنِية لَكَانَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَصْنَع ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفَرَّقَ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إلاَّ مِلَّة وَاحِدَة ), قال : من هي يا رسول الله ؟ قال : (مَا أَناَ عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ), رواه الترمذي.

Dalam menilai Shahabat Utsman Said sungguh keterlaluan dengan mengatakan sayyidina Utsman pikun, melakukan Nepotisme, menghambur-hamburkan uang, seakan Said merasa lebih mulia daripada Shahabat. Perbuatan dan ucapan Said termasuk dosa besar bahkan bisa kufur.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم : (لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ). رواه مسلم.

Kesalahan Cara Berpikir Said Aqil
Kesalahan Said Aqil ini bukan kesalahan parsial atas produk pemikiran saja, yakni seperti kesalahan Ulama bila ada salahnya, melainkan kesalahan Said Aqil adalah kesalahan cara berpikirnya (virus otak). Dia banyak membaca karangan orang-orang Syi'ah atau orang-orang modern yang cara berpikirnya dengan pikiran ala barat dan melecehkan Islam seperti Thoha Husain orang buta yang menjadi Pendikbud di Mesir, Qosim Amin dan lain-lain, serta orang-orang Orientalis yang memang mengibarkan perang pikiran, perang sejarah, dan lain sebagainya.

Pedoman Said Aqil adalah bila orang Islam memuji orang Islam perlu diuji kebenarannya, tetapi bila mencaci sesama orang Islam (seperti mencaci dirinya sendiri) ini diterima. Kaca mata hitam yang dia pakai, sehingga sejarah kelihatan hitam semua.

Said Aqil cerdas, tapi karena banyak membaca karangannya orang-orang yang seperti di atas, maka terjangkitlah dia oleh virus Orientalis, Liberalis dan Salibis. Sebagaimana iblis itu cerdas tapi berhubung kecerdasannya terkena virus, maka sebagaimana nasib Said Aqil yang terjangkit virus sesat lagi mensesatkan. Bersambung

(disadur dari buku “Membuka Kedok Tokoh-Tokoh Liberal dalam Tubuh NU: Informasi, Penyimpangan dan Jawabannya” karya H. Muhammad Najih Maimoen, penerbit Toko Kitab Al-Anwar, Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, cet. III, Januari 2011/Shafar 1432, halaman 67-101).

http://www.voa-islam.com

No comments:

Post a Comment