Said Aqil Siradj, Seorang tokoh NU yang merangkap
Jabatan sebagai Penasehat Pemuda Kristen Indonesia, mengatakan: “Tauhid Islam
dan Kristen sama saja.” Kehadiran sekte Kristen yang menamakan dirinya “Kanisah
Ortodoks Syiria” di bawah pimpinan Bambang Noorsena sempat menarik perhatian
besar berbagai kalangan, karena berbeda dengan gaya Kristen lainnya. Kristen
ortodoks Syiria tampill mirip dengan gaya umat Islam. Yakni dengan khas
idiom-idiom ke-Islaman dan ke-Araban. Mereka mengucapkan salam dengan ucapan
“Assalamu’alaikum”, laki-lakinya berpeci dan bergamis dan wanitanya juga
berjilbab. Al-kitab yang dibaca mereka juga berbahasa Arab dan cara
melantunkannya pun seperti Qiroatul Quran, yang istilah mereka disebut Tilawatul Injil. Sambutan positif serta dukungan atas munculnya
Kristen ortodoks Syiria yang kebablasan itu justru datang dari seorang tokoh NU
yang nyambi kerja sebagai Penasehat Angkatan Muda Kristen Republik Indonesia.
Sikap tokoh NU
asal Palimanan, Cirebon, Jawa Barat yang kontroversial itu mengingatkan kepada
apa yang pernah dilakukan pendahulunya, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan
Noer Kholis Madjid. Tudingan miring itu bermula dari sejumlah sikapnya yang
dinilai nyleneh. Misalnya, ia menjalin pershahabatan yang begitu erat dengan
tokoh-tokoh non-muslim. Seperti Romo Mangun Wijaya, Romo Mudji Sutrisno, dan
Romo Sandyawan Sumardi. Bahkan dengan lancangnya dia berani mengkafirkan Imam
Ghozali dalam disertasinya meraih gelar doktor di Universitas Ummul Quro’
Makkah. Sehingga dia dikafirkan oleh 14 kyai atas tindakannya tersebut. Dalam
buku “Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam” karangan Bambang Noersena, Said
memberikan kata penutup yang membahayakan dan menyesatkan, “Dari ketiga macam
Tauhid di atas (Tauhid al-Rububiyyah, Tauhid al-Uluhiyyah, Tauhid al-Asma' Wa
ash-Shifat), maka Tauhid Kanisah Ortodoks Syiria tidak memiliki perbedaan yang
berarti dengan Islam. Secara al-Rububiyyah, Kristen Ortodoks Syiria jelas
mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan sekalian alam yang wajib disembah. Secara
al-Uluhiyyah, mereka juga mengikrarkan “La Ilaha Illallah” sebagai
ungkapan ketauhidannya. “Sementara dari Tauhid Al-Asma' Wal-Shifat, secara
substansial tidak jauh berbeda. Jika dalam Islam Sunni, kalam Tuhan yang Qodim
itu turun kepada manusia melalui Muhammad, dalam bentuk al-Quran, maka
Kristen Ortodoks Syiria berpandangan bahwa Kalam Tuhan turun menjelma
(Tajassud) dengan Ruhul Qudus dan perawan Maryam menjadi manusia. Perbedaan ini
tentu saja sangat wajar dalam dunia teologi, termasuk dalam teoloqi Islam.
Walhasil, keyakinan Kristen ortodoks Syiria dengan Islam Sunni, walaupun
berbeda dalam peribadatan (Syari’at), pada hakekatnya memiliki persamaan yang
sangat substansial dalam bidang Tauhid,” ungkapnya. (Budi Handrianto, 50
Tokoh Islam Liberal Indonesia).
Pernyataan Said Aqil tadi sungguh sangat keterlaluan
dan sangat jelas menyimpang dari Aqidah Islam. Dengan menyamakan Tauhid Islam
dengan Kristen. Dengan demikian, berarti teologi Said Aqil sama sesatnya dengan
teologi Kristen yang diusung oleh para pendeta dan teolog kristiani. Jika dia
masih merasa sebagai umat Islam, maka seharusnya dia bertobat kepada Allah SWT.
dan mencabut semua omongannya, karena omongan-omongan tersebut dengan
sendirinya telah menggugurkan keislamannya.
Begitu juga
sangat disayangkan otak pemikiran Said Aqil yang sudah terkontaminasi oleh
pemikiran Gus Dur dan menjalankan kontrak Zionis Internasional, sehingga dengan
lancangnya berani mengkritik para Shahabat Nabi, lebih ironis keberadaan KH.
Ilyas Ru'yat dan KH. Sahal Mahfudz sebagai Rois Syuriyah diam seribu bahasa
seakan mendukung pemikiran Said yang kacau dan ngawur itu. Bahkan oleh
PBNU Said dan KH. Drs. Noer Iskandar MA. yang juga punya pemikiran sama dengan
Said Aqil diserahi menyusun pedoman Ahlussunnah Wa al-Jamaah, yang keduanya
mempunyai haluan Mu'tazilah-Syi'ah.
Keterlibatan
Said Aqil dan Gus Dur dalam Syi'ah bisa dilihat dari pernyataan dan seringnya
bola-balik ke Iran. Kagum kepada Khomeini, dengan menyebutnya sebagai Waliyullah,
Islam tidaklah jauh berbeda dengan Syi'ah, NU dan Syi'ah mempunyai kultur sama,
Tahlilan, Dziba'an, cinta Ahlil Bait dll.
Said Aqil dalam
makalahnya yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional PMII di Jakarta, 8
Agustus 1995, dan di Kantor PBNU pada tanggal 19 Oktober 1996, yang banyak kami
temukan dalam makalah tersebut banyak kejanggalan dan kesalahan yang amat
fatal, tiga diantaranya adalah:
1. Sejarah
mencatat, begitu tersiar berita Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu Bakar,
hampir semua penduduk Jazirah Arab menyatakan keluar dari Islam. Seluruh
suku-suku di tanah Arab membelot seketika itu juga. Hanya Madinah, Makkah dan
Thoif yang tidak menyatakan pembelotannya. Inipun kalau dikaji secara seksama
bukan karena agama, bukan didasari keimanan, tapi karena kabilah. Pikiran yang
mendasari orang Makkah untuk memeluk agama Islam adalah logika, bahwa
kemenangan Islam adalah kemenangan Muhammad, sedang Muhammad adalah orang
Quraisy, penduduk asli kota Makkah. Dengan demikian kemenangan Islam adalah
kemenangan suku Quraisy. Kalau begitu, tidak perlu murtad. Artinya tidak
murtadnya Makkah itu bukan karena agama, tapi karena slogan yang digunakan Abu
Bakar di Bani Saqifah, "al-A'immatu Min Quraisy", (halaman 3
alenia V).
2. a. Di
masa-masa awal pemerintahan kira-kira enam tahun pemerintahan Khalifah Utsman
keadaan wajar-wajar saja. Semuanya berjalan dengan baik, kemenangan terjadi
dimana-mana, katakanlah sukses. Namun dimasa-masa akhir ketika usianya mulai
lanjut, Utsman mulai pikun. (halaman 6 alenia I).
b. Begitupun
ketika ditanya tentang pengangkatan Gubernur dan pembantu-pembantu Khalifah
yang semuanya dari kalangan famili, ia tegas bahwa itu karena adanya ayat
Al-Quran, "Wa Atidzal Qurba", utamakan dahulu kerabat. Ketika
itu Utsman sudah pikun dan sudah selayaknya mundur. (Halaman 7 alenia I).
3. Sejak itu
Mutawakkil mendapat gelar Nashirullah (pembela madzhab Ahlussunah Wa al-Jamaah)
mulailah lahir Hadits "Sataftariqu Umaty"........dst, bahwa umat
Islam akan terpecah menjadi 73 golongan hanya satu yang selamat. Ada lagi
riwayat yang mengatakan "Kulluha Fil Jannah Illa Wahid" (semua masuk
surga kecuali satu). Persoalannya, kalau kita terima versi "Kulluha Finnar
Illa Wahid" timbul pertanyaan: Siapa yang satu itu? Diriwayatkan bahwa
Nabi menjawab; "orang yang seperti aku dan Shahabatku" lalu siapa
atau madzhab mana, partai mana yang mampu dan berhak menyatakan kami inilah
seperti Rasulullah dan Shahabat-Shahabatnya. Dengan demikian Hadits ini sulit
diterima keshahihannya. Yang jelas Hadits ini dilatarbelakangi oleh kondisi
politik ketika Mutawwakil naik menjadi Khalifah. (Halaman 15 alenia III).
Dan komentar
kami atas kejanggalan-kejanggalan dalam makalah Said Aqil yang telah kami
paparkan adalah sebagai berikut:
1. Said Aqil
dalam makalahnya jelas telah memvonis, bahwa penduduk Madinah, Makkah dan Thoif
yang memeluk Islam dengan keimanannya, tidak lagi beragama Islam setelah
wafatnya Rasulullah SAW. Sebab kata-kata "hanya Madinah, Makkah dan Thoif
yang tidak menyatakan pembelotannya, ini pun kalau dikaji secara seksama, bukan
karena agama, bukan didasari keimanan tetapi karena kabilah", mengandung
arti, bahwa penduduk Madinah, Makkah dan Thoif keluar dari Islam hanya saja
tidak menyatakan pembelotannya, yang semata-mata karena fanatisme kesukuan.
Tuduhan yang sangat keji ini juga tertuju kepada Nabi Muhammad SAW.
Penilaian Said
Aqil ini jelas bertentangan dengan fakta sejarah yang terekam dalam
tarikh-tarikh Islam yang mu’tabar. Dan terhadap pribadi Said Aqil
berlaku sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Kitabul Adab
dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabul Iman.
2. Kata
"Pikun" yang dialamatkan kepada Utsman bin Affan oleh Said Aqil,
merupakan penghinaan dan caci maki terhadap pribadi Shahabat Utsman, Khalifah
Nabi yang ketiga serta pernah menjadi menantu Rasulullah (dua kali). Perbuatan
dan ucapan yang demikian ini jelas termasuk dosa besar (kabair) berdasarkan
Hadits Nabi riwayat Muslim dalam bab: "Diharamkan Mencaci-Maki
Shahabat".
3. Bagaimana
bisa, dan memakai apa, orang semacam Said Aqil menyatakan Hadits "Sataftariqu
Umaty" sulit diterima keshahihannya, bahkan sampai mengatakan Hadits
tersebut dilatar belakangi politik ketika Mutawakkil menjadi Khalifah? Padahal
Hadits di atas oleh Imam Turmudzi dikatagorikan Hadits yang Hasan dan shahih?
Dengan demikian Said Aqil berarti memandulkan Hadits yang dinyatakan shahih
Imam Turmudzi dan lainnya.
عن أبي هريرة
رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (تَفَرَّقَتِ اليَهُوْدُ عَلَى
إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً أَو اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
وَالنَّصَارَى مِثْل ذَلِكَ وَتَفَرَّقَ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ
فِرْقَةً), رواه الترمذي.
وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
(لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إسْرَائِيْلَ حذو النَّعْل
باِلنَّعْل حَتَّى أَنْ كَانَ مِنْهُمْ مِنْ أُمَّتِي أُمَّة عَلاَنِية لَكَانَ
مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَصْنَع ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى
اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفَرَّقَ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ
وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إلاَّ مِلَّة وَاحِدَة ), قال : من
هي يا رسول الله ؟ قال : (مَا أَناَ عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ), رواه الترمذي.
Dalam menilai
Shahabat Utsman Said sungguh keterlaluan dengan mengatakan sayyidina Utsman
pikun, melakukan Nepotisme, menghambur-hamburkan uang, seakan Said merasa lebih
mulia daripada Shahabat. Perbuatan dan ucapan Said termasuk dosa besar bahkan
bisa kufur.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم : (لاَ
تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَ الَّذِيْ نَفْسِيْ
بِيَدِهِ لَوْ أَنَّكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ
أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ). رواه مسلم.
Kesalahan Cara
Berpikir Said Aqil
Kesalahan Said
Aqil ini bukan kesalahan parsial atas produk pemikiran saja, yakni seperti
kesalahan Ulama bila ada salahnya, melainkan kesalahan Said Aqil adalah
kesalahan cara berpikirnya (virus otak). Dia banyak membaca karangan
orang-orang Syi'ah atau orang-orang modern yang cara berpikirnya dengan pikiran
ala barat dan melecehkan Islam seperti Thoha Husain orang buta yang menjadi
Pendikbud di Mesir, Qosim Amin dan lain-lain, serta orang-orang Orientalis yang
memang mengibarkan perang pikiran, perang sejarah, dan lain sebagainya.
Pedoman Said
Aqil adalah bila orang Islam memuji orang Islam perlu diuji kebenarannya,
tetapi bila mencaci sesama orang Islam (seperti mencaci dirinya sendiri) ini
diterima. Kaca mata hitam yang dia pakai, sehingga sejarah kelihatan hitam
semua.
Said Aqil
cerdas, tapi karena banyak membaca karangannya orang-orang yang seperti di
atas, maka terjangkitlah dia oleh virus Orientalis, Liberalis dan Salibis.
Sebagaimana iblis itu cerdas tapi berhubung kecerdasannya terkena virus, maka
sebagaimana nasib Said Aqil yang terjangkit virus sesat lagi mensesatkan. Bersambung
(disadur dari
buku “Membuka Kedok Tokoh-Tokoh Liberal dalam Tubuh NU: Informasi, Penyimpangan
dan Jawabannya” karya H. Muhammad Najih Maimoen, penerbit Toko Kitab Al-Anwar,
Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, cet. III, Januari 2011/Shafar 1432, halaman
67-101).
http://www.voa-islam.com
No comments:
Post a Comment